storm this afternoon

sore tadi, ketika saya harus segera pulang dari depok menuju kawasan Taman Mini untuk menjemput adik perempuan saya dan kemudian pulang bersama, saya kehujanan. bukan hujan ringan, tapi badai. sialnya saya sedang mengendarai motor. untungnya saya bawa jas hujan walau hanya sebatas pinggang.

untuk pertama kalinya semenjak saya bisa mengendarai motor (sejak SMP) saya terjebak badai. padahal jarak untuk sampai Taman Mini saja masih sangat jauh, apalagi rumah, tempat yang terkenal akan kehangatannya.

Berhenti sebentar di halte yang tidak layak untuk di singgahi dan mengecek kemungkinan untuk nekat. Dirasa tidak mungkin, maka saya memutuskan untuk berhenti sejenak dan mulai memakai jas hujan, karena walau berteduh tetap akan terkena tampias hujan.

ada yang gundah. saya tahu.

menunggu sekitar 10 menit, kemudian mendapat pesan singkat dari adik saya bahwa dia harus bergegas pulang dan di daerah Taman Mini tidak terlalu besar hujannya. oke saya pun nekat pulang, toh baju sudah kuyup, sekalian saja hujan-hujanan. seperti kata Bapak saya,

"sekali-kali Bapak kan ngijinin anak-anak bapak buat main hujan-hujanan di depan rumah. inget kan waktu banjir besar di depan rumah? bapak malah nyuruh adik-adik kamu untuk ambil ember besar dan gayung, kemudian main perahu-perahuan dengan gayung sebagai dayungnya. kadang hujan memberikan banyak sekali pelajaran, Kak. dan kadang kotor-kotor itu baik untuk kesehatan."

berbekal bismillah, saya berangkat. kecepatan motor tidak terlalu cepat. konstan 40 km/jam. jalanan sepi. beberapa motor dan mobil yang tetap bergegas untuk mencapai tujuannya terlalu bergegas ternyata. sepertinya ada yang sama seperti saya, mencoba menikmati badai ini.

ada yang senang, saya tahu.

saya menikmati perjalanan itu. sengaja tidak terlalu cepat. sengaja tidak terlalu lambat hingga membuat pengendara di belakang saya gusar. padahal hujan semakin membadai dan hingga sampai Taman Mini tidak kunjung ramah.

saya memikirkan semuanya. kuliah saya, skripsi yang tidak kunjung muncul cerahnya, rumah saya, kamar saya, masa depan saya, hati saya. terselip doa memohon agar setiap masalah yang membebani saya segera luntur dengan badai ini. masalah saya mungkin di pandang oleh langit merupakan masalah yang sepele. terlalu kecil untuk dimasukkan ke dalam daftar doa. namun saya bukanlah langit. semesta tahu itu.

di perjalanan itu saya mengingat satu hal, bahwa ketika semuanya ditumpahkan secara bersamaan, akan menjadi badai. kerusakan akan banyak terjadi. pohon tumbang, rencana gagal, banjir, apapun lah itu. sama seperti pikiran, atau.. masalah yang dipikirkan. pikirkan semuanya maka tanggung akibatnya. coba satu persatu untuk dipikirkan memang sulit. apalagi mencari prioritas. ah, memilih memang bukan perkara mudah, kan?

saya ingat lagi pesan Bapak saya,

"Coba aja, Kak. semua itu harus dicoba."

iya Pak, saya mencoba semuanya. hingga saya mempunyai cita-cita untuk mencoba hal-hal yang baru di luar sana. tapi itu menjadi pikiran tambahan lagi buat saya, bukan? ah prioritas. kamu diam-diam menyelami saya dan mengganggu sistem pikiran saya.

ada yang memberontak, saya tahu.

bagaimana caranya agar saya terus mengingat pesan Bapak saya? bagaimana cara saya agar dapat memilih dengan tepat? Bagaimana cara saya agar dapat melalui ini semua?
ah, pikiran baru. secara bersamaan. badai baru datang.

ada yang menghilang, saya tahu.

No comments:

Post a Comment