skripsi (1)

ternyata, sangat sulit untuk mencari seorang pembimbing. padahal ini baru awalnya. ketika sudah mendapatkan rekomendasi pembimbing, masalah selanjutnya adalah bagaimana caranya 'nego' atau mengajukan topik kita dan meminta beliau menjadi pembimbing. salah satu teman mengatakan, "ini udah kayak nembak cowok sih dix. ngomognya mesti bener, harus tau apa yang mau diomongin, jangan kependekan jangan juga kepanjangan omongannya. ada kata2 'mau gak' juga kan?" IYA SIH...


suatu sore, sekitar seminggu yang lalu (masih berusaha mengingat detil tanggalnya) pas lagi iseng2 nongkrong di kantin dan berbincang dengan teman yang sudah pada punya pembimbing, saya iseng undur diri dan berjalan ke sebuah gedung di mana terdapat kantor dari pembimbing yg direkomendasikan teman-teman. atas asas mati-gaya-gak-tau-mau-ngapain-lagi-dikampus akhirnya samperin kantornya. sukur2 ketemu trus bisa ajuin topik. EH ADA LOH ORANGNYA DI KANTOR :))



ngobrol2 bentar, ajuin topik, 'nembak', akhirnya kalimat yang ditunggu-tunggu dari awal januari pun gue denger. "oke saya mau jadi pembimbing kamu".



WUHUUUUUUUUUUUUU!!!



langsung ngibrit ke kantin, cerita ke temen2 yang gue tinggal bentar tadi, dan senyum2 najis.



OH INI TOH RASANYA PUNYA PEMBIMBING! :)))




oke dix, berarti sekarang bisa di mulai kan ya? bab 1 mana?
#gonjreng


*eiya lupa minta nomer hape beliauuuuuuuuu...............
Sometimes late at night
I lie awake and watch her sleeping
She's lost in peaceful dreams
So I turn out the light and lay there in the dark
And the thought crosses my mind
If I never wake in the morning
Would she ever doubt the way I feel
About her in my heart

If tomorrow never comes
Will she know how much I loved her
Did I try in every way to show her every day
That she's my only one
And if my time on earth were through
And she must face this world without me
Is the love I gave her in the past
Gonna be enough to last
If tomorrow never comes

'Cause I've lost loved ones in my life
Who never knew how much I loved them
Now I live with the regret
That my true feelings for them never were revealed
So I made a promise to myself
To say each day how much she means to me
And avoid that circumstance
Where there's no second chance to tell her how I feel

If tomorrow never comes
Will she know how much I loved her
Did I try in every way to show her every day
That she's my only one
And if my time on earth were through
And she must face this world without me
Is the love I gave her in the past
Gonna be enough to last
If tomorrow never comes

So tell that someone that you love
Just what you're thinking of
If tomorrow never comes

"Uang bisa dicari, momen [mungkin] tidak akan terulang."

(Nita Soesabdo, quoted from her blog)

SANGAT SETUJU dan SANGAT SEPAKAT!
*cek cek tiket (lagi)*
"aku ingin menikahi seorang laki-laki beserta pemikirannya, yang mengerti tentang cita-cita dan mimpi-mimpiku. mimpi-mimpi, yang aku sendiri tidak yakin dapat mewujudkannya…"

(Melita, from Dea Sekararum's blog)
"Sometimes you just have to lower your expectations to avoid unnecessary disappointments."

(Ika Nurfitriani, quoted from her blog)
terkadang, ketika seseorang mengatakan, "lo itu orangnya kuat. gue salut sama lo. lo pasti bisa ngelewatin semua masalah ini", lo akan melemah. lo akan menyadari bahwa selama ini ternyata lo berjuang begitu kerasnya.


Kemudian datang rasa capai itu..

storm this afternoon

sore tadi, ketika saya harus segera pulang dari depok menuju kawasan Taman Mini untuk menjemput adik perempuan saya dan kemudian pulang bersama, saya kehujanan. bukan hujan ringan, tapi badai. sialnya saya sedang mengendarai motor. untungnya saya bawa jas hujan walau hanya sebatas pinggang.

untuk pertama kalinya semenjak saya bisa mengendarai motor (sejak SMP) saya terjebak badai. padahal jarak untuk sampai Taman Mini saja masih sangat jauh, apalagi rumah, tempat yang terkenal akan kehangatannya.

Berhenti sebentar di halte yang tidak layak untuk di singgahi dan mengecek kemungkinan untuk nekat. Dirasa tidak mungkin, maka saya memutuskan untuk berhenti sejenak dan mulai memakai jas hujan, karena walau berteduh tetap akan terkena tampias hujan.

ada yang gundah. saya tahu.

menunggu sekitar 10 menit, kemudian mendapat pesan singkat dari adik saya bahwa dia harus bergegas pulang dan di daerah Taman Mini tidak terlalu besar hujannya. oke saya pun nekat pulang, toh baju sudah kuyup, sekalian saja hujan-hujanan. seperti kata Bapak saya,

"sekali-kali Bapak kan ngijinin anak-anak bapak buat main hujan-hujanan di depan rumah. inget kan waktu banjir besar di depan rumah? bapak malah nyuruh adik-adik kamu untuk ambil ember besar dan gayung, kemudian main perahu-perahuan dengan gayung sebagai dayungnya. kadang hujan memberikan banyak sekali pelajaran, Kak. dan kadang kotor-kotor itu baik untuk kesehatan."

berbekal bismillah, saya berangkat. kecepatan motor tidak terlalu cepat. konstan 40 km/jam. jalanan sepi. beberapa motor dan mobil yang tetap bergegas untuk mencapai tujuannya terlalu bergegas ternyata. sepertinya ada yang sama seperti saya, mencoba menikmati badai ini.

ada yang senang, saya tahu.

saya menikmati perjalanan itu. sengaja tidak terlalu cepat. sengaja tidak terlalu lambat hingga membuat pengendara di belakang saya gusar. padahal hujan semakin membadai dan hingga sampai Taman Mini tidak kunjung ramah.

saya memikirkan semuanya. kuliah saya, skripsi yang tidak kunjung muncul cerahnya, rumah saya, kamar saya, masa depan saya, hati saya. terselip doa memohon agar setiap masalah yang membebani saya segera luntur dengan badai ini. masalah saya mungkin di pandang oleh langit merupakan masalah yang sepele. terlalu kecil untuk dimasukkan ke dalam daftar doa. namun saya bukanlah langit. semesta tahu itu.

di perjalanan itu saya mengingat satu hal, bahwa ketika semuanya ditumpahkan secara bersamaan, akan menjadi badai. kerusakan akan banyak terjadi. pohon tumbang, rencana gagal, banjir, apapun lah itu. sama seperti pikiran, atau.. masalah yang dipikirkan. pikirkan semuanya maka tanggung akibatnya. coba satu persatu untuk dipikirkan memang sulit. apalagi mencari prioritas. ah, memilih memang bukan perkara mudah, kan?

saya ingat lagi pesan Bapak saya,

"Coba aja, Kak. semua itu harus dicoba."

iya Pak, saya mencoba semuanya. hingga saya mempunyai cita-cita untuk mencoba hal-hal yang baru di luar sana. tapi itu menjadi pikiran tambahan lagi buat saya, bukan? ah prioritas. kamu diam-diam menyelami saya dan mengganggu sistem pikiran saya.

ada yang memberontak, saya tahu.

bagaimana caranya agar saya terus mengingat pesan Bapak saya? bagaimana cara saya agar dapat memilih dengan tepat? Bagaimana cara saya agar dapat melalui ini semua?
ah, pikiran baru. secara bersamaan. badai baru datang.

ada yang menghilang, saya tahu.

(again) about shoes

sebelumnya gue udah pernah bilang, nyari sepatu yang ukurannya pas buat gue itu susah. oke. udah nemu toko sepatu yang bisa buat ukuran 40 ke atas. dan ENAK DIPAKE. flatshoes pastinya dan gue jadi cinta mati sama merk satu itu. kalau lg ke mall yang ada doi, pasti jenguk (dan menahan diri untuk TIDAK BELI YA DIX!)

masalah selanjutnya adalaaaaah....

ya masa sampe tua makenya flatshoes terus. ya ndak tho dix?
sempet punya 1 high heels. itu juga gara2 mau ulang taun sepentinan. udah jebol dong yaa sekarang. trus sempet dibeliin 1 high heels dan 1 wedges. dibeliin karena gue sendiri ragu untuk beli. kenapa? gara2 gak yakin sanggup pake yang ada haknya. kenapa? karena merasa udah tinggi dan jd canggung kalau make yang tinggi2 trus takut gak nyaman yang berujung pada jalan kayak robot kalau ke mall. akhirnyalah dibeliin itu sepatu2. Alhamdulillah. dipake dix? enggaaaaaak! mihihihih (maap yaaaaaaaaa yg udah beliin. udah berusaha buat make kok, tapi ragu :))

sempet liat-liat UP Shoes. twitternya pun ku follow. rasanya pingiiin sekali beli. kalo gak berani make pas kuliah, ya pas nge mall lah. mana kan ada tuh untuk ukuran 40 ke atas. kata temen-temen yang make juga enak. model oke. harga cocok. tapi gak pernah beli (TETEP). kenapa? raguuuuuu! huhuhuhh aku ndak berani.

padahal setiap pake dress kalau kondangan (ples ke acara resmi lainnya) selalu BERUSAHA dipake itu heels hibahan. cuman punya dua ya pastinya cocoknya sama dress tertentu aja. bagus sih, hemat, tapi yaaaaaa sebagai perempuan, jiwa bosannya membuncah dong ya liat baju sama sepatu itu2 aja (punya flatshoes kurleb 10 biji tapi heels cuman hiji).




Bagus ya? ya kan? cocok deh kayaknya nih. item manis atas bawah. buat kondangan oke nih.




atau ini (yang sebenernya pake baju warna biru. perciisss kayak warna sepatunya). buat kuliah oke nih modelnya. gak terlalu serius. untuk pakaian resmi? kayaknya oke juga. buat nemenin menggapai-impian *uhuk spore*? pasti sip! pingin kan ya? iya pingiiiin :))


nah kan. baju udah banyak, dress oke, daftar kondangan buanyak, tinggal sepatu. udah mau lulus dix, masa iya pake flat mulu. ntar kerja tenggelem lho liat yang lain pake heels. padahal kalo lo pake heels kan jd keliatan makin tinggi, bak model.


"ada saatnya dix, lo akan pake sepatu berhak tinggi. selalu pake sepatu model itu. tinggal adaptasi aja, and you'll never walk without the heels. yakin deh gue" (seorang teman, 2011).

iya deeeeeh. nanti beli. nanti tapi yah. hintip2 blognya mbak woro dulu. trus komen di sana :)) #kodeeee


*oh Tuhaaaaaaaaaaan, kenapa banyak pesan implisit yang terkandung dalam postingan ini??

one of the others

one of a series of my dreams, finally, will be coming true!

ah, makasi bgt bgt buat teman-se-tukang-sayur yg konkrit banget nyusunnya.

what, when? bismillah dulu aja kali ya setelah tadi alhamdulillah berkali-berkali :))